Kenapaharus cinta tanah air? Ini dia beberapa alasannya: 1. Masyarakat yang Multikultural. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beragam suku, adat, agama, dan kebudayaan. Hal ini membuat negara Indonesia sangat heterogen, sehingga ada banyak perbedaan di berbagai lini kehidupan. PresidenSoekarno, dalam pidatonya pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ke empat belas, pada 17 Agustus 1959, yang oleh Presiden Soekarno di beri judul: Tahun 1959 adalah Tahun Penemuan Kembali Revolusi Kita, menyatakan: dari dulu mula, tujuan kita ialah masyarakat yang adil dan makmur; masyarakat yang demikian Keikutsertaanwarga negara dalam wujud upaya Bela Negara diselenggarakan melalui Pendidikan Kewarganegaraan, Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela dan secara wajib. Pengabdian sesuai profesi (UU No.3 tahun 2002). cash. Strategi Ulama Nusantara Pertama UzlahPerlawanan KH. Hasyim Asyari dan Para SantrinyaPerlawanan KH. Zaenal Musthafa dan Para SantrinyaStrategi Ulama Nusantara Kedua HajiMembuka hubungan internasionalMunculnya solidaritas internasionalMomentum haji tak sekedar ibadahStrategi Ulama Nusantara Ketiga KorespondensiKorespondensi kepada para murid Syaikh Nawawi al-BantaniSyaikh Abdusshamad al-Palimbangi dan Sultan Jogja Para ulama Nusantara dan umat Islam hampir 350 tahun lamanya berjihad melawan penjajahan di bumi Nusantara. Perang terbuka, perang gerilya, perundingan, jihad literasi, dan strategi lainnya sudah dipakai untuk mengusir penjajah. Dari sekian banyak cara tersebut, setidaknya ada tiga perlawanan yang bisa disebut sebagai strategi dan diplomasi ulung dari para ulama Nusantara. Strategi Ulama Nusantara Pertama Uzlah Pertama adalah uzlah. Secara umum uzlah dimaknai sebagai pengasingan atau penyendirian. Strategi uzlah para ulama, selain dikarenakan perlawanan secara fisik tidak memungkinkan, juga karena senjata sudah tidak ada. Faktor utama lainnya adalah mereka hendak menyusun kekuatan dan membuat basis perlawanan di tempat-tempat yang terpencil, pedalaman, dan sulit dijangkau penjajah. Di tempat uzlah itulah para ulama melakukan hijrah secara mental rūḥan dan fisik jasadan. Mereka mengajak para pengikutnya yang mayoritas para pemuda untuk menepi ke pinggir-pinggir kota, ke desa-desa, ke pegunungan, atau ke pantai. Di tempat yang belum terkontaminasi dan terintervensi penjajah itulah mereka mendirikan pesantren-pesantren. Mendidik dan mengkader para santri pejuang. Strategi uzlah adalah bukti kepiawaian para ulama dalam menyusun kekuatan umat. Tokoh bangsa sekaligus perdana menteri pertama Republik Indonesia, Muhammad Natsir dalam komentarnya atas strategi uzlah ini beliau mengatakan “Pesantren bukan saja lembaga pendidikan, tetapi mempunyai peran yang penting dalam perjuangan Nasional. Waktu itu misalnya, dalam rangka menanamkan jiwa anti penjajah, para santri tidak boleh memakai dasi, haram hukumnya, karena menyerupai penjajah, orang-orang Barat. Pantalon juga haram, mesti pakai sarung. Kita memang melakukan uzlah baik secara fisik ataupun secara spiritual. Pesantren-pesantren ini mempunyai alam pikiran sendiri, alam perasaan sendiri, yang berbeda dengan apa yang di kota-kota yang dipengaruhi asosiasi dari Belanda. Mungkin kalau kita memandang larangan pakaian itu dari segi fikih dan dalam konteks sekarang, kita akan tersenyum. Tapi sebagai metode pejuangan, dan dalam konteks penjajahan waktu itu, cara yang dipakai para ulama kita dengan uzlahnya ini merupakan pemikiran yang amat cerdik, kalau tidak kita katakan brilliant.” Pesan Perjuangan Seorang Bapak; Percakapan Antar Generasi, Muhammad Natsir, 42 Perlawanan KH. Hasyim Asyari dan Para Santrinya Sejarah telah mencatat heroiknya perlawanan para Kyai dan santri menghadapi penjajah yang dimulai dari pelosok-pelosok desa. Misalkan perlawanan KH. Hasyim Asy’ari dan para santrinya. Dari pedalaman Jombang, Jatim, tepatnya Tebuireng beliau kumandangkan Resolusi Jihad. Tidak hanya santri Tebuireng saja yang bergerak menyambut resolusi tersebut. Sejarawan mencatat, seluruh santri dan pejuang rakyat wilayah Jawa Timur dan Madura saat itu berbondong-bondong ikut serta. Perlawanan KH. Zaenal Musthafa dan Para Santrinya Contoh lainnya, perlawanan ulama muda KH. Zaenal Musthafa pimpinan pesantren Sukamanah. Dari pedalaman desa Cimerah, Singaparna, Tasikmalaya beliau beserta santrinya mengobarkan perlawanan melawan penjajahan. Sikapnya yang keras terhadap penjajah menyebabkan pada 17 November 1941, beliau ditangkap oleh Belanda. Kemudian, beliau dijebloskan ke dalam penjara Sukamiskin, Bandung, selama 53 hari. Ketika Jepang mengalahkan sekutu dan datang ke Indonesia, pada 31 Maret 1942 KH. Zaenal Mustafa dibebaskan. Tetapi, sikapnya ke Jepang tidak kurang kerasnya. Puncak perlawanan itu terjadi pada Jumat, 25 Februari 1944. Atau lebih dikenal sebagai Pertempuran Singaparna. Inilah pertama kalinya perlawanan terjadi atas pemerintah pendudukan Jepang di Jawa. Masih banyak catatan sejarah perlawanan para ulama dan santri yang dimulai dari pelosok-pelosok desa, pedalaman, dan tempat-tempat yang tidak terjangkau lainnya. Melalui strategi uzlah, mereka berhasil menggalang kekuatan dan melakukan perlawanan. Strategi Ulama Nusantara Kedua Haji Strategi kedua adalah haji. Selain strategi uzlah, model perlawanan lainnya yang menunjukkan kecerdasan politik perlawanan ulama adalah haji. Membuka hubungan internasional Haji bisa dikatakan sebagai strategi ulama membuka hubungan internasional dalam rangka mendobrak isolasi politik pihak penjajah Belanda saat itu. Relasi internasional ini ditujukan kepada negara-negara Islam, terutama Timur Tengah. Selama di tanah suci, para tokoh pergerakan yang mayoritasnya adalah para ulama melakukan hubungan dengan orang-orang luar dan mengembangkan opini internasional terkait fakta penjajahan di Nusantara. Munculnya solidaritas internasional Dari sini muncullah solidaritas internasional, terutama dari negara-negara Islam Timur Tengah atas perjuangan umat Islam Nusantara. Selain itu, ulama Nusantara yang berada di tanah suci juga memegang peranan penting dalam konsolidasi para jamaah haji yang baru datang. Mereka saling bertukar pikiran serta menyusun strategi perlawanan di tanah suci untuk kemudian diaplikasikan ketika nanti pulang ke tanah air. Sejarah mencatat, sampai akhir abad ke-19 banyak muncul perlawanan di berbagai daerah ternyata dipimpin oleh para ulama yang telah bergelar haji. Momentum haji tak sekedar ibadah Haji adalah bagian politik luar negeri foreign policy para ulama Nusantara dengan membuka hubungan internasional dan konsolidasi kekuatan umat, di wilayah netral atau aman dari intervensi negara penjajah saat itu. Dari sini, diketahui betapa ulungnya politik perlawanan ulama melawan penjajahan. Bagi mereka, haji tidak sebatas ibadah ritual untuk meningkatkan spiritual, namun ada aspek lain, yaitu menumbuhkan solidaritas muslim global dan semangat perlawanan terhadap penjajah. Strategi Ulama Nusantara Ketiga Korespondensi Ketiga adalah korespondensi. Di era penjajahan, salah satu inisiatif ulama Nusantara dalam membangun jaringan kekuatan adalah korespondensi. Surat menyurat ini dilakukan dengan jaringan ulama Nusantara di Timur Tengah maupun ulama asli sana. Pada zaman itu, korespondensi tidak hanya berfungsi membangun jaringan intelektual intellectual networks tapi juga membangun jaringan kekuatan power networks. Materi Khutbah Jumat Ulama Pewaris Nabi Jangan Dizalimi Orientalis sekaligus penasihat Belanda Snouck Horgronje mengamini adanya upaya yang ia narasikan sebagai “provokasi perlawanan” terhadap Belanda yang menjajah saat itu melalui korespondensi jaringan ulama Nusantara di Timur Tengah, baik dengan ulama maupun penguasa lokal. Korespondensi kepada para murid Syaikh Nawawi al-Bantani Dalam kajian Turats di Islamic Nusantara Center INC, A. Ginanjar Sya’ban menjelaskan pada sekitar tahun 1884, Snouck Horgronje berada di Makkah dan dalam laporannya menyatakan ulama Nusantara di Makkah selalu memberikan “provokasi” semangat perlawanan kepada murid Syaikh Nawawi al-Bantani yang berhaji dan berhasil berkunjung ke rumah beliau. Syaikh Abdusshamad al-Palimbangi dan Sultan Jogja Sebelumnya, Syaikh Abdusshamad al-Palimbangi di Haramain pernah menuliskan surat kepada Sultan Jogjakarta yang dititipkan kepada dua orang peserta haji dari Jogjakarta. Surat tersebut ditemukan oleh pihak pemerintah kolonial Belanda di Semarang. Surat itu isinya berkaitan dengan kitab Syaikh Abdusshamad yang berjudul “Nasihatul Muslimin” tentang anjuran berjihad. “Jadi jika melihat dari jaringan global ulama Nusantara, perannya sangat besar sekali.” tandas A. Ginanjar. Haji dan korespondensi berdampak besar dalam membangun opini internasional dan solidaritas muslim global. Akhirnya bisa disaksikan dalam fakta sejarah, ulama-ulama dan pemimpin dunia Islam saat itu memberikan respon dan dukungan sangat besar ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Uraian singkat ini menerangkan kepada kita betapa ulung dan piawainya para ulama dalam menyusun strategi perlawanan terhadap penjajah. Uzlah, haji, dan korespondensi tiga model dari sekian banyak strategi yang digunakan para ulama untuk mengusir penjajah. Semoga Allah subhanahu wata’ala merahmati para ulama dan umat Islam yang telah berjuang melawan penjajahan. Āmīn. Muhammad Ridwan/ Baca juga artikel Sejarah atau artikel menarik lainnya karya Ustadz Muhammad Ridwan, Penulis Muhammad Ridwan Editor Ahmad Robith Perjuangan bangsa Indonesia mengusir penjajah sudah berlangsung cukup lama sejak masa kerkerajaan. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa pada abad ke-16 awalnya hanya untuk berdagang rempah-rempah dan disambut baik. Namum lama-lama mereka menerapkan kolonialisme dan imperalisme yang ingin menguasai pada masa itu Indonesia merupakan negara penghasil rempah-rempah di dunia yang dimiliki nilai jual tinggi. Sehingga muncul perlawanan kepada negara penjajah di berbagai daerah. Kondisi tersebut berlangsung cukup lama sebelumnya akhirya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Hanya saja perjuangan yang dilakukan di berbagai daerah mengalami kegagalan dan mampu juga Faktor Pendorong Munculnya Pergerakan Nasional Faktor kegagalan Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud, sebelum abad ke-20 perjuaangan dan perlawanan bangsa Indonesia masih mengalami kegagalan dalam mengusir penjajahan. Ada beberapa beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan, yakni Perjuangan bersifat lokal atau kedaerahan tidak secara serentak. Secara fisik menggunakan senjata tradisional, seperti bambu runcing, golok, atau senjata tradisional lainnya. Sehingga kalah dalam persenjataan. Dipimpin oleh tokoh-tokoh karismatik, seperti tokoh agama, atau bangsawan. Bersifat sporadis atau musiman. Efektifnya politik adu domba devide et impera. Perlawanan tersebut tidak menampakan hasilnya. Bahkan selalu gagal dan dapat diberantas oleh penjajah. Pada waktu itu mereka berjuang bukan untuk Indonesia merdeka. Tapi bagaimana cara untuk mengusir penjajah dari daerahnya. Halo teman cerita!Indonesia dulu bukan merupakan sebuah negara kesatuan seperti saat ini. Namun, karena merasakan penjajahan masyarakat Indonesia pun bersatu dalam melawan penjajahan. Bagaimana upaya segenap rakyat indonesia dalam melawan para penjajah?Mari kita kupas di artikel ini!Penjajahan dan PenderitaanDibawah Belanda, banyak hal yang dilakukan dalam menjajah Indonesia. Hal tersebut seperti kerja rodi, tanam paksa, monopoli perdagangan oleh Belanda dan banyak hal lainnya. Selain itu diskriminasi rasial pun menambah ketegangan antara penjajah dan rakyat. Hal ini menyebabkan penderitaan pada rakyat Indonesia dan berusaha untuk melakukan ini perlawanan selalu dilakukan kedaerahan dan tidak pernah berbuah hasil. Perlawanan terhadap penjajahan pun berubah seiring berjalannya waktu, di mulai dari dalam negeri maupun luar Perlawanan Sebagaimana Upaya Segenap Rakyat Indonesia dalam Melawan Para PenjajahPerlawanan di daerah sudah lama dilakukan oleh para pahlawan tetapi perjuangan ini dengan mudah dipatahkan Belanda. Semakin modern perlawanan dilakukan oleh para kaum intelektual mulai dari Budi Utomo hingga Max Havelaar. Perlawanan tidak hanya dilakukan di dalam negeri tetapi di luar negeri pun banyak melakukan perlawan melalui intelektual inilah yang memicu adanya persatuan antar daerah untuk melawan penjajah. Munculnya organisasi nasional seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, Indische Partij yang menyebarkan nasionalisme di Indonesia. Organisasi ini membawa berbagai paham baru dari Eropa seperti nasionalisme, liberalisme dan lainnya. Selain itu, banyaknya gerakan anti kolonialisme muncul di Asia dan Afrika yang mendorong Indonesia untuk Jepang dan KemerdekaanBerbagai organisasi yang muncul pun tidak menjamin Indonesia dapat merdeka dengan cepat. Perang dunia II pun membawa banyak perubahan di Indonesia. Jepang sebagai negara Axis pun mulai merebut negara jajahan Eropa di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Jepang juga banyak menjanjikan kemerdekaan untuk menarik simpati negara di negara – negara ini. Indonesia juga tertarik pada janji ini dan berusaha membantu Jepang untuk memenangkan Jepang menyadarkan Indonesia untuk segera mengumumkan kemerdekaan. Indonesia khawatir Belanda akan kembali dan berusaha menguasai Indonesia lagi. Setelah deklarasi kemerdekaan pun Belanda tetap datang dan berusaha menguasai Indonesia kembali. Perang pun pecah di Indonesia untuk melawan Belanda dari agresi pertama hingga kedua. Pada akhirnya Belanda harus mengakui kemerdekaan Indonesia setelah melalui konflik yang panjang dan tekanan dari negara rakyat Indonesia sudah dimulai sejak negara Eropa singgah di Indonesia. Perlawanan pada akhirnya efektif jika menggunakan diplomasi yang handal, bukan hanya perlawanan fisik. Indonesia bisa merdeka karena perjuangan baik fisik maupun diplomasi. Kemerdekaan Indonesia bukan hanya milik satu golongan tetapi milik seluruh rakyat Indonesia. Begitulah sekilas cerita soal bagaimana upaya segenap rakyat indonesia dalam melawan para penjajah. Menurut kamu hal apa sih yang bisa dilakukan buat merdeka? Tulis di kolom komentar ya!

bagaimana upaya segenap rakyat indonesia dalam melawan para penjajah